Di catur wulan penghujung tahun 2017 saya memutuskan untuk mencari tantangan baru di dunia kerja, yaitu dengan bekerja di sebuah perusahaan media. PT Teknopreneur Indonesia menjadi labuhan saya kala itu.
Berangkat dari kesuksesannya menjual majalah seputar digital entrepreneurship, Teknopreneur juga ikut beralih ke ranah digital dengan membangun website dan sosial media.
Ada banyak ilmu yang saya bisa ambil dari tempat ini, salah satunya ialah belajar desain. Meskipun perusahaan memiliki karyawan desain grafis sendiri, namun untuk mempercepat kinerja saya pun membantu untuk membuat desain-desain sendiri.
Meng-handle media sosial juga hal yang sangat menantang, khususnya saat tidak ada budget untuk beriklan guna menambah jumlah pengikut. Jadi, semua saya lakukan seorganik mungkin.
Hampir setahun bersama Teknoprenuer, saya dipercaya untuk memegang event yang menjadi andalan dari perusahaan. Adalah YTech, sebuah ajang adu pitching untuk startup baik yang sudah launch maupun berupa prototype untuk mendemokan idenya di depan para Venture Capital.
Kegiatan ini dilakukan secara hybrid, yaitu online pada saat audisi dan offline pada saat Grand Final untuk pitching di depan para Venture Capital. Nantinya, pemenang akan mendapatkan tiket ke Silicon Valley serta biaya pendanaan untuk startup-nya.
Pengalaman di Teknopreneur ini menjadi yang sangat mengesankan bagi saya, karena banyak sekali hal baru yang saya kerjakan seperti:
- Me-manage konten dan pertumbuhan media sosial
- Membuat desain mulai dari meme, quote hingga infografis
- Mengajak kolaborasi media-media mainstream untuk event
- Membuat dan mengirim penawaran sponsorship
- Meng-handle event audisi dari A sampai Z
Di pertengahan 2019, sayangnya terjadi konflik internal yang saya tidak begitu memahami sehingga menyebabkan perusahaan terlihat kurang sehat. Saya pun memutuskan untuk mengudurkan diri. Dan benar saja, beberapa bulan selepas kepergian saya, Teknopreneur secara resmi harus ditutup.