Kita semua pasti pernah dengar quotes yang berbunyi “Jika orang lain bisa, kita pasti juga bisa” ‘kan? Quotes ini memang tidak sepenuhnya salah, namun tidak juga bisa dipegang matang-matang dan dijadikan pegangan dalam hidup. Mengapa demikian?
Mari kita ambil persamaan-persamaan yang menjadi tolak ukur banyak orang membuat quotes demikian. Dari persamaan inilah yang kemudian dijadikan acuan bahwa kita sangat bisa untuk menjadi seperti Elon Musk ataupun Mark Zuckenberg.
1. Kita semua sama-sama memiliki 24 jam dalam sehari
Saya, Anda, orang terkaya di dunia, orang terkaya di Indonesia, office boy, security, hingga pengemis jalanan semuanya sama dalam hal waktu. Kita sama-sama merasakan dalam sehari adalah 24 jam atau 1.440 menit, atau 86.400 detik.
Yang sering menjadi kutipan adalah bagaimana kita memanfaatkan waktu tersebut dan bagaimana orang-orang sukses memanfaatkan waktunya, Dalam hal ini, apakah kita memiliki kebiasaan yang berbeda dalam menggunakan waktu? Mari kita jawab sendiri-sendiri.
2. Semua pasti pernah gagal
Kegagalan ternyata bukan cuma milik orang miskin, orang-orang sukses juga seringkali mengatakan kalau mereka pernah gagal, mengalami titik terendah dalam hidup, depresi, tertipu, stuck, dan banyak hal lainnya.
Hal ini yang kemudian sering dijadikan bahan headline di media sosial para motivator bahwa mereka juga pernah gagal, namun pantang menyerah dan kemudian bangkit. Hm, benar sesederhana itu? Mari kita jawab sendiri-sendiri.
3. Orang sukses juga punya masa lalu yang buruk
Tidak semua orang sukses kisah hidupnya mulus-mulus saja. Kita pasti tahu ada beberapa CEO atau Founder perusahaan yang dulunya pernah Drop Out dari kuliahnya. Saya rasa berita ini sudah sangat familiar diceritakan.
Jika Orang Lain Bisa, Namun Kita Tidak Bisa, Mungkin Ini Sebabnya
Bapak dari seorang Bill Gates adalah seorang pengacara ternama pada masanya, begitupun bapak dari Nadiem Makarim bukanlah orang sembarangan. Maka wajar apabila mereka bisa bisa bereksplorasi bisnis yang kemudian gagal dan setelah itu bangkit lagi dengan model bisnis lainnya.
Barangkali, mereka memiliki mentor dalam berbisnis yaitu bapaknya sendiri, atau sang bapak yang memperkenalkan anaknya dengan seorang mentor karena channel-nya sangat baik. Pun ketika bisnis itu gagal, mereka masih bisa hidup dengan aman atau bahkan dapat suntikan modal kembali oleh keluarganya. Correct Me If I’m Wrong
Yang jelas, kita sebagai rakyat biasa dengan orang tua yang tidak kaya raya – bahkan, tidak sedikit dari kita yang menjadi sandwich generation tentunya tidak bisa seratus persen mengikuti jejak mereka. Sekali kita gagal dan modal habis, maka mungkin habis pula kehidupan kita.