Di penghujung tahun 2022, kantor saya yang awalnya di kisaran Kuningan, Jakarta Selatan sementara berpindah ke Gondangdia, Jakarta Pusat. Sebuah daerah yang saya tidak pernah memiliki ekspektasi akan bekerja di sana.
Sejak lulus kuliah, tempat terjauh saya bekerja adalah di kantor Erajaya yang berlokasi di Jl. Gedong Panjang, Jakarta Barat. Saya menghabiskan waktu sekitar 1 jam untuk berangkat kerja. Pulangnya? Tentunya lebih karena macet yang bersamaan.
Di masa itu, saya bertekad apabila bekerja di tempat lain akan mencari yang lokasi kantornya tidak sejauh ini, karena istilah ‘tua di jalan’ saya rasakan. Hingga singkat cerita, kini, saya harus bekerja dengan jarak yang tidak jauh beda. Untungnya, sekarang saya masih hybrid hanya masuk 1-2 kali perminggu.
Dengan keadaan demikian, saya mencari solusi agar jarak tersebut tidak terasa menjadi beban. Beruntungnya lagi, kantor Takeda ini berlokasi tidak jauh dari stasiun sehingga saya terpikir untuk berangkat kerja dengan transportasi massal tersebut. Hal ini menjadi resolusi saya ketika memasuki tahun baru 2023, untuk bekerja menggunakan transportasi massal.
Pengalaman Mencoba Transportasi Massal untuk Bekerja
Di suatu pagi yang cerah, saya beranikan diri untuk memulai perjalanan dengan naik motor ke stasiun terdekat dari rumah, Sudimara yang saya tempuh 10 menit dengan naik motor, kemudian parkir di parkiran rumah seharga Rp 5000 seharian.
Tiba di stasiun, saya menunggu sekitar 10 menit untuk kereta jurusan Tanah Abang, perjalanan sekitar 25 menit sudah bisa untuk tiba di stasiun transit ini. Setibanya di sana, saya punya 2 opsi untuk tiba ke Gondangdia, melalui kereta lagi atau Transjakarta.
Hari pertama saya coba dengan naik Transjakarta, saya keluar stasiun sebentar dan menunggu bus tidak lama hanya sekitar 5 menit kemudian perjalanan menggunakan Transjakarta sekitar 20 menit. Tiba di stasiun, cukup jalan kaki 10 menit untuk tiba di kantor.
Hari setelahnya, saya mencoba melanjutkan dari Tanah Abang dengan 2 kali transit ke Manggarai dan kemudian turun ke Gondangdia. Di sini, perjalanan di kereta tidak lama, yang lama adalah menunggu kedatangan kereta tsb. Waktunya? Jelas lebih lama daripada naik Transjakarta.
Transportasi Massal Masih Kurang Efektif
Dari pengalaman ini, saya rasanya tidak bisa melanjutkan hal yang sama setiap hari. Ada beberapa pertimbangan bagi saya yaitu:
– waktu tempuh yang lebih lama dan lebih tidak pasti dibanding naik kendaraan pribadi
– kenyamanan dan keamanan menggunakan transportasi tersebut
– biaya yang sama, bahkan lebih besar dibanding naik kendaraan pribadi
Untuk poin no 2 dan 3 sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah bagi saya. Hanya saja, poin pertama yang cukup krusial, khususnya bagi karyawan yang memiliki jam kerja tertentu. Apalagi bila kantor mereka memiliki peraturan ketat terkait keterlambatan.
Perihal transportasi massal ini memang bukan masalah baru. Pemerintah khususnya Jakarta sebagai Ibu Kota sudah sejak belasan tahun lalu mulai menggalakkan transportasi massal agar bisa membuat para pekerja bisa pulang-pergi menggunakan transportasi massal.
Meski tahun ini saya memutuskan untuk kembali menggunakan kendaraan pribadi alias sepeda motor untuk berangkat kerja, saya masih memantau perkembangan transportasi massal yang sedikit ada titik terang. Dan bila menggunakan transportasi massal bisa mengatasi 3 poin yang saya sebutkan tadi, saya tidak ragu untuk beralih menggunakannya!