Jaman gue dulu, internet masih hal yang sangat tabu, yang bisa tau cuma orang-orang yang berduit atau orang biasa aja yang punya tingkat kepo luar biasa. Akses menuju internet juga gak gampang, harus ada komputer dengan CPU, keyboard, dan monitor yang besar-besar, bahkan harus ada meja sendiri buat benda tersebut. Sekarang, ada Laptop yang bisa dibawa kemana-mana, bisa dipake di lantai, bahkan kamar mandi. Lebih simple lagi malah internet bisa diakses dari smartphone, atau biasa kita nyebutnya HP.
Dalam internet, ada sesuatu yang kini sangat merajalela, sosial media. Semua berawal dari ‘wadah’ chat anonymous semacam MIRC (mungkin masih ada yang lebih lawas, maklum gue gak tua-tua amat) lalu singkat cerita terciptalah sosia media semacam Friendster, MySpace, lalu facebook. Semua terasa begitu menyenagkan saat kita bertemu orang baru yang biasanya berada di luar kota, bahkan kita bisa berteman dengan orang-orang luar negeri (kalo bisa bahasa inggris itu juga), yang lebih seru lagi kalo ternyata ada orang dekat juga yang punta akun di sosial media kita.
Facebook sebagai sosial media terlaris, dan mungkin sosial media terakhir bagi gue. Disana ada banyak sekali keseruan mulai dari status yang bisa dikomen, dilike, ada juga fitur chat, foto, tag, dll yang menjadikan facebook sangat lengkap. Disana banyak juga yang akhirnya menemukan orang-orang yang sudah lama putus kontak seperti teman kecil, teman sekolah atau lainnya, walaupun ga begitu gampang nemunya karena nama mereka kadang aslinya “Bambang Nugroho” diganti jadi “Bambank yank clalu cdih”.
Setelah masa kejayaan Facebook, muncul sebuah sosial media yang bernama Twitter, ini sangat simpel tapi begitu menjadikan candu bagi penggunanya. Padahal kita cuma bisa nulis hingga 140 karakter dan hanya ada fitur reply, retweet dan DM, Tapi sosial media ini di beberapa tahun lalu sempat meledak dan menghancurkan semua sosial media lain.
Kenapa twitter begitu jaya? Karena banyak artis-artis yang mengawali sosmed-nya dengan main twitter. Twitter juga tidak memiliki ‘friend’, cuma sebatas following dan followers, jadi kita cuma akan tau tweet-tweet dari orang yang kita follow aja. Twitter lebih sebagai mini blog sih ketimbang sosial media. In My Humble Opinion.
Banyaknya artis yang menggunakan twitter, maka muncullah orang-orang biasa yang kebelet ‘ngartis’ juga. Disinilah petaka dimulai. Beberapa orang mulai membuat akun twitter sebagai akun yang gak jelas dan menulis kata-kata yang gak jelas supaya bisa diretweet sama orang-orang gak jelas yang suka sama kata-kata gak jelas tersebut (jangan bingun bacanya ya).
Semakin maraknya artis (selebriti dan selebtweet saat itu terasa sangat sama derajatnya, bahkan selebtweet kini udah bikin film), menjadikan twitter semakin majemuk dan penggunanya semakin lupa akan arti sosial media. Mereka menjuluki orang-orang yang tulisan dan nama akunnya ‘kreatif’ sebagai ALAY, mereka bangga dengan followers banyak dan following sedikit, mereka haus akan follback, dan di unfollow itu bagaikan diajak perang meskipun oleh sahabat sendiri. Isi dari tweet mereka pun dibuat semenarik mungkin biar di retweet dan difollow orang lain. Mereka gak lagi jadi diri sendiri, mereka lupa bersosialisi, mereka sibuk show off dan sosial media sudah tamat kisahnya.
Kini twitter sudah cenderung sepi. Entah kenapa gue juga gak begitu peduli. Akun-akun ‘artis’ atau orang yang ‘ngartis’ yang biasanya ngetweet lima menit sekali sekarang paling cuma sehari sekali, itu juga kalo inget. Banyak yang beralih ke Path, Instagram, atau sosial media di akun chat seperti Line. Tapi nampaknya memang sosial media sudah tamat riwayatnya, semua akun tetap ada aja ajang ‘pamer’ nya.