Di suatu padang pasir yang panas terik, bermulalah perjalanan musafir seorang ayah dan anak lelakinya dengan seekor unta menuju ke Istambul. Sang Ayah dan anaknya hendak ke pasar untuk menjual untanya.
Berangkatlah mereka berdua pagi-pagi sekali dengan berjalan kaki. Sedangkan unta mereka tuntun. Di tengah perjalanan mereka bertemu seseorang.
“Mau ke mana pak”, Tanya orang pertama yang mereka temui.
“Mau ke pasar. Saya mau menjual unta ini ke pasar. Cuma unta ini satu-satunya harta yang bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Ya terpaksa ini kami lakukan karena belum ada cara yang lain”, kata sang bapak menjawab.
“Kok untanya dituntun. Agar tidak capai, ‘kan bisa unta dinaiki. Kasihan kan anak bapak, berjalan kaki”, kata orang itu lagi.
“Iya yah. Terima kasih atas sarannya” kata sang bapak.
Menuruti saran orang tersebut maka sang bapak menaikkan sang anak ke unta. Unta dinaiki sang anak, sementara sang bapak menuntun saja. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanan selanjutnya mereka melewati seseorang.
“Dasar anak tidak tahu diri. Masak bapaknya di bawah menuntun unta. Anaknya enak-enakan naik unta. Tidak sopan. Pantasnya bapaknya yang sudah tua yang naik dan anaknya yang menuntun. Itu baru anak berbakti”, begitu komentar orang kedua yang mereka temui.
“Oh iya yah “ kata sang bapak dalam hati.
Mereka kemudian bertukar tempat. Sang bapak naik unta, anaknya yang menuntun.
Perjalanan kemudian mereka lanjutkan.
Dalam perjalanan mereka bertemu orang ketiga.
“Dasar bapak tidak sayang anak. Masak ia enak-enakan naik unta, sementara anaknya yang menutun. Orang tua macam apa yang tidak sayang anaknya”, begitu komentar orang ketiga yang mereka temui.
Untuk menuruti saran orang ketiga, sang bapak bersama anaknya naik unta bersama-sama. Berdua mereka naik unta, dan berharap ini adalah cara terbaik dan tidak dikomentari orang lagi. Perjalanan kemudian mereka lanjutkan.
Dalam perjalanan mereka bertemu orang keempat.
“Dasar manusia tidak tahu peri kehewanan. Tidak punya rasa belas kasihan. Masak unta kurus begitu dinaiki dua orang. Benar-benar manusia biadab” kata orang keempat.
***
Begitulah dalam hidup ini. Apapun yang kita lakukan tetap ada pro dan kontra. Tetap ada yang berpendapat berbeda. Punya sudut pandang yang tidak sama dengan kita. Kita tidak mungkin dapat memenuhi semua saran orang. Makanya yang penting bila kita mendapat kritik atau saran jangan langsung diterima tetapi kaji dahulu. Bila lebih baik bisa kita laksanakan, bila tidak maka tidak perlu kita laksanakan. Kita harus punya prinsip. Tanpa prinsip maka kita akan kebingungan.